Firman Allah
Subhanahu wata’ala :
]وأنذر به
الذين يخافون أن يحشروا إلى ربهم ليس لهم من دونه ولي ولا شفيع لعلهم
يتقون[
“Dan berilah peringatan
dengan apa yang telah diwahyukan itu kepada orang-orang yang takut akan
dikumpulkan kepada Rabb mereka (pada hari kiamat), sedang mereka tidaklah
mempunyai seorang pelindung dan pemberi syafaatpun selain Allah, agar mereka
bertakwa” (QS. Al An’am, 51).
]قل لله
الشفاعة جميعا[
“Katakanlah (hai Muhammad) : hanya
milik Allah lah syafaat itu semuanya” (QS. Az zumar, 44).
]من ذا الذي
يشفع عنده إلا بإذنه[
“Tiada seorang pun yang dapat
memberi syafaat di sisi Allah tanpa seizinNya” (QS. Al baqarah, 225).
]وكم من ملك
في السموات لا تغني شفاعتهم شيئا إلا من بعد أن يأذن الله لمن يشاء
ويرضى[
“Dan berapa banyak
malaikat di langit, syafaat mereka sedikitpun tidak berguna, kecuali sesudah
Allah mengiizinkan (untuk diberi syafaat) bagi siapa saja yang dikehendaki dan
diridhoiNya” (QS. An Najm, 26).
]قل ادعوا
الذين زعمتم من دون الله لا يملكون مثقال ذرة في السموات ولا
الأرض وما لهم فيهما من شرك وما له منهم من ظهير ولا تنفع
الشفاعة عنده إلا لمن أذن له[
“Katakanlah
:
“serulah mereka yang kamu anggap (sebagai tuhan) selain Allah, mereka tak
memiliki kekuasaan seberat dzarrah (biji atum) pun di langit maupun di bumi,
dan mereka tidak mempunyai suatu andil apapun dalam (penciptaan) langit dan
bumi, dan sama sekali tidak ada di antara mereka menjadi pembantu bagiNya. Dan
tiadalah berguna syafaat di sisi Allah, kecuali bagi orang yang telah
diizinkaNya memperoleh syafaat itu …” (QS. Saba’, 22).
Abul Abbas ([2]) mengatakan : “Allah telah
menyangkal segala hal yang menjadi tumpuan kaum musyrikin, selain diriNya
sendiri, dengan menyatakan bahwa tidak ada seorangpun selainNya yang memiliki
kekuasaan, atau bagiannya, atau menjadi pembantu Allah.
Adapun tentang
syafa’at, maka telah ditegaskan oleh Allah bahwa syafaat ini tidak berguna
kecuali bagi orang yang telah diizinkan untuk memperolehnya, sebagaimana
firmanNya :
]ولا يشفعون
إلا لمن ارتضى[
“Dan mereka tidak dapat memberi
syafa’at, kecuali kepada orang yang diridhoi Allah” (QS. Al Anbiya’,
28).
Syafa’at yang diperkirakan oleh orang-orang musyrik itu tidak akan ada pada hari kiamat, sebagaimana yang telah dinyatakan oleh Al qur’an.
Dan diberitakan oleh
Nabi Shallallahu’alaihi wasallam : “bahwa beliau pada hari kiamat akan bersujud
kepada Allah dan menghaturkan segala pujian kepadaNya, beliau tidak langsung
memberi syafaat lebih dahulu, setelah itu baru dikatakan kepada beliau :
“Angkatlah kepalamu, katakanlah niscaya ucapanmu pasti akan didengar, dan
mintalah niscaya permintaanmu akan dikabulkan, dan berilah syafa’at niscaya
syafa’atmu akan diterima”.) HR. Bukhori dan Muslim)
Abu Hurairah
Radhiallahu’anhu bertanya kepada beliau : “siapakah orang yang paling beruntung
mendapatkan syafa’atmu ?”, Beliau menjawab : “yaitu orang yang mengucapkan La
Ilaha Illallah dengan ikhlas dari dalam hatinya”
.)
HR.
Bukhori dan Ahmad)
Syafa’at yang
ditetapkan ini adalah syafaat untuk Ahlul Ikhlas Wattauhid (orang-orang yang
mentauhidkan Allah dengan ikhlas karena Allah semata) dengan seizin Allah, bukan
untuk orang yang menyekutukan Allah dengan yang lainNya.
Dan pada hakikatnya,
bahwa hanya Allah lah yang melimpahkan karuniaNya kepada orang-orang yang ikhlas
tersebut, dengan memberikan ampunan kepada mereka, dengan sebab doanya orang
yang telah diizinkan oleh Allah untuk memperoleh syafa’at, untuk memuliakan
orang tersebut dan menempatkanya di tempat yang terpuji.
Jadi syafa’at yang
ditiadakan oleh Al qur’an adalah yang didalamnya terdapat kemusyrikan. Untuk itu
Al Qur’an telah menetapkan dalam beberapa ayatnya bahwa syafaat itu hanya ada
dengan izin Allah. Dan Nabi pun sudah menjelaskan bahwa syafa'at itu hanya
diperuntukan untuk orang-orang yang bertauhid dan ikhlas karena Allah
semata”.
Kandungan bab ini
:
-
Penjelasan tentang ayat-ayat diatas ([3]).
-
Syafa’at yang dinafikan adalah syafa’at yang didalamnya terdapat unsur-unsur kemusyrikan.
-
Syafa’at yang ditetapkan adalah syafa’at untuk orang-orang yang bertauhid dengan ikhlas, dan dengan izin Allah.
-
Penjelasan tentang adanya syafa’at kubro, yaitu : Al Maqom Al Mahmud (kedudukan yang terpuji).
-
Cara yang dilakukan oleh Rasulullah ketika hendak mendapatkan syafa'at, beliau tidak langsung memberi syafa'at lebih dahulu, tapi dengan bersujud kepada Allah, menghaturkan segala pujian kepadaNya, kemudian setelah diizinkan oleh Allah barulah beliau memberi syafa'at.
-
Adanya pertanyaan : “siapakah orang yang paling beruntung mendapatkan syafa’at beliau ?”
-
Syafa’at itu tidak diberikan kepada orang yang mensekutukan Allah.
-
Penjelasan tentang hakikat syafa’at yang sebenarnya.
([1]) Syafaat telah dijadikan dalil oleh kaum musyrikin dalam
memohon kepada malaikat, nabi dan wali. Kata mereka : “Kami tidak memohon kepada
mereka kecuali untuk mendekatkan diri kepada Allah dan memberikan syafa'at
kepada kami di sisiNya”, maka dalam bab ini diuraikan bahwa syafa'at yang mereka
harapkan itu adalah percuma, bahkan syirik, dan syafa'at hanyalah hak Allah
semata, tiada yang dapat memberi syafa'at kecuali dengan seizinNya bagi siapa
yang mendapat ridhaNya.
([2]) Taqiyuddin Abul Abbas ibnu Taimiyah : Ahmad bin Abdul
Halim bin Abdus Salam bin Abdullah An Numairi Al Harrani Ad Dimasqi. Syaikhul
Islam, dan tokoh yang gigih sekali dalam gerakan dakwah Islamiyah. Dilahirkan di
Harran, tahun 661 H (1263 M) dan meninggal di Damaskus tahun 728 H
(1328).
([3]) Ayat pertama dan kedua menunjukkan bahwa syafa'at seluruhnya adalah hak
khusus bagi Allah.
Ayat ketiga menunjukkan bahwa
syafa'at itu tidak diberikan kepada seseorang, tanpa adanya izin ddari
Allah.
Ayat keempat menunjukkan bahwa syafa'at itu diberikan
oleh orang yang diridhoi Allah dengan izin dariNya. Dengan demikian syafa'at itu
adalah hak mutlak Allah, tidak dapat diminta kecuali dariNya, dan menunjukkan
pula kebatilan syirik yang dilakukan oleh kaum musyrikin dengan mendekatkan diri
kepada malaikat, nabi atau orang-orang sholeh, untuk meminta syafaat
mereka.
Ayat kelima mengandung bantahan terhadap kaum
musyrikin yang mereka itu menyeru selain Allah, seperti malaikat dan
makhluk-makhluk lainnya, karena menganggap bahwa makhluk-makhluk itu bisa
mendatangkan manfaat dan menolak mudhorat, dan menunjukkan bahwa syafa'at tidak
berguna bagi mereka, karena syirik yang mereka lakukan, tetapi hanya berguna
bagi orang yang mengamalkan tauhid, dan itupun dengan izin
Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar