الحمد لله الذي جعل التوحيد قاعدة الإسلام
وأصله ورأسه، أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن محمدا عبده
ورسوله، وصلى الله وسلم عليه وعلى آله وصحبه ومن اهتدى بهديه. أما بعد
:
Tauhid adalah pegangan pokok dan
sangat menentukan bagi kehidupan manusia, karena tauhid menjadi landasan bagi
setiap amal yang dilakukan. Hanya amal yang dilandasi dengan tauhidullah,
menurut tuntunan Islam, yang akan menghantarkan manusia kepada kehidupan yang
baik dan kebahagiaan yang hakiki di alam akhirat nanti
.
Allah Ta’ala berfirman
:
]مَنْ
عَمِلَ صَالِحاً مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ
حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا
يَعْمَلُون[
(النحل:97)
“Barang siapa yang
mengerjakan amal sholeh, baik laki laki maupun perempuan, sedang ia dalam
keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang
baik, dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang
lebih baik lagi dari apa yang telah mereka kerjakan.” ( QS. An Nahl, 97
)
Berdasarkan pada
pentingnya peranan tauhid dalam kehidupan manusia, maka wajib bagi setiap muslim
mempelajarinya.Tauhid bukan sekedar mengenal dan mengerti bahwa pencipta alam
semesta ini adalah Allah, bukan sekedar mengetahui bukti-bukti rasional tentang
kebenaran wujud (keberadaan) Nya, dan wahdaniyah (keesaan) Nya, dan bukan pula
sekedar mengenal Asma’ dan SifatNya.
Iblis mempercayai bahwa Tuhannya
adalah Allah, bahkan mengakui keesaan dan kemahakuasaan Allah dengan meminta
kepada Allah melalui Asma’ dan SifatNya. Kaum jahiliyah kuno yang dihadapi
Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam juga meyakini bahwa Tuhan Pencipta,
Pengatur, Pemelihara dan Penguasa alam semesta ini adalah Allah. ( Lihat Al
Qur’an 38 : 82, 31 : 25, 23 : 84-89 ). Namun, kepercayaan dan keyakinan mereka
itu belumlah menjadikan mereka sebagai makhluk yang berpredikat muslim, yang
beriman kepada Allah Ta'ala.
Dari sini timbullah pertanyaan :
“Apakah hakekat tauhid itu ?”
Tauhid adalah pemurnian ibadah
kepada Allah. Maksudnya yaitu : menghambakan diri hanya kepada
Allah secara murni dan konsekuen dengan mentaati segala perintahNya dan menjauhi
segala laranganNya, dengan penuh rasa rendah diri, cinta, harap dan takut
kepadaNya.
Untuk inilah sebenarnya manusia
diciptakan Allah, dan sesungguhnya misi para Rasul adalah untuk menegakkan
tauhid dalam pengertian tersebut di atas, mulai dari Rasul pertama sampai Rasul
terakhir, yaitu Nabi Muhammad SAW. ( Lihat Al Qur’an 16 : 36, 21 : 25, 7 : 59,
65,73,85, dan lain-lain )
Maka buku dihadapan pembaca ini
mempunyai arti penting dan berharga sekali untuk mengetahui hakekat tauhid dan
kemudian menjadikannya sebagai pegangan hidup.
Buku ini ditulis oleh seorang
ulama yang giat dan tekun dalam kegiatan da’wah Islamiyah. Beliau adalah syekh
Muhammad bin Abdul Wahab At Tamimi, yang dilahirkan di Uyainah, tahun 1115 H
(1703 M), dan meninggal di Dir’iyyah (Saudi Arabia) tahun 1206 H (1792
M).
Keadaan umat Islam, dengan
berbagai bentuk amalan dan kepercayaan pada masa hidupnya, yang menyimpang dari
makna tauhid, telah mendorong syekh Muhammad bersama para muridnya untuk
melancarkan da’wah Islamiyah guna mengingatkan umat agar kembali kepada tauhid
yang murni.
Maka, untuk tujuan
da’wahnya beliau menulis sejumlah kitab dan risalah, yang diantaranya
:
1. Kasyf Asy Syubuhat
2. Tafsir Al Fatihah
3. Tafsir Syahadah “La Ilaha
Illah”
4. Kitab Al Kabair
5. Ushul Al Iman
6. Ushul Al Islam
7. Al Masa’il Al lati kholafa
fiha Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam ahlal Jahiliyah
8. Aadab Al Masy-yi Ilash Sholah
(Ala madzhabil Imam Ahmad bin Hambal)
9. Al Amru bil makruf wan Nahyu
‘anil Munkar
10. Mukhtashor
Siraturrasul
11. Kitab tauhid alladzi huwa
Haqqullah ‘alal ‘ibad
Buku terakhir inilah yang
terjemahannya ada di tangan pembaca. Dan melalui buku ini, beliau berusaha untuk
menjelaskan hakekat tauhid, dan penerapannya dalam kehidupan seorang
muslim.
Dalam bab I, penulis menjelaskan
hakekat tauhid dan kedudukannya ; dalam bab 2 & 3 menerangkan tentang
keistimewaan tauhid dan pahala yang diperoleh darinya ; dalam bab 4 mengingatkan
agar takut terhadap perbuatan yang bertentangan dengan tauhid, serta
membatalkannya, yaitu syirik akhbar, atau perbuatan yang mengurangi kesempurnaan
tauhid, yaitu syirik ashghor ; dalam bab 5 menjelaskan tentang kewajiban
berda’wah kepada tauhid ; dan dalam bab 6 menjelaskan tentang makna tauhid dan
syahadat “la Ilaha Illallah”.
Upaya pemurnian tauhid tidak akan
tuntas hanya dengan menjelaskan makna tauhid, akan tetapi harus dibarengi dengan
penjelasan tentang hal hal yang dapat merusak dan menodai tauhid. Untuk itu,
pada bab-bab berikutnya, penulis berusaha menjelaskan berbagai macam bentuk
tindakan dan perbuatan yang dapat membatalkan atau mengurangi kesempurnaan
tauhid, dan menodai kemurniannya, yaitu apa yang disebut dengan syirik, baik
syirik akhbar maupun syirik ashghor, dan hal hal yang tidak termasuk syirik
tetapi dilarang oleh Islam, karena menjurus kepada kemusyrikan, disertai pula
dengan keterangan tentang latar belakang historis timbulnya syirik.
Terakhir, penulis menyebutkan
dalil-dalil dari Al Qur’an dan As Sunnah, yang menerangkan tentang keagungan
dan kekuasaan Allah, untuk menunjukkan bahwa Allah adalah Tuhan yang paling
berhak dengan segala ibadah yang dilakukan manusia, dan Dialah Tuhan yang
memiliki segala sifat kemuliaan dan kesempurnaan.
Satu hal yang unik dalam metode
pembahasan buku ini, bahwa penulis tidak menerangkan atau membahas tauhid dengan
cara yang lazim kita kenal dalam buku-buku masa kini. Pada setiap bab, penulis
hanya menyebutkan ayat-ayat Al Qur’an dan hadits-hadits serta pendapat-pendapat
ulama salaf, kemudian beliau menjabarkan bab-bab itu dengan menyebutkan
permasalahan-permasalahan penting yang terkandung dan tersirat dari dalil-dalil
tersebut.
Akan tetapi, justru dengan
demikian itulah, buku ini menjadi lebih penting, sebab pembahasannya mengacu
kepada kitab dan sunnah yang menjadi sumber hukum bagi umat Islam.
Mengingat amat ringkasnya beberapa
permasalahan yang dijabarkan oleh penulis, maka dengan memohon taufiq Allah,
penerjemah memberikan sedikit keterangan dan penjelasan dengan diapit oleh tanda
dua kurung siku “[ … ]” atau melalui catatan kaki.
Apa yang diharapkan oleh penulis
bukanlah sekedar mengerti dan memahami, tapi lebih dari itu, yaitu : sikap dan
pandangan hidup tauhidi yang tercermin dalam keyakinan, tutur kata dan
amalan.
Semoga buku ini bermanfaat bagi
kita dalam usaha mewujudkan ibadah kepada Allah Subhanahu wata’ala dengan
semurni-murninya. Hanya kepada Allah kita menghambakan diri, dan hanya kepadaNya
kita memohon pertolongan. Semoga sholawat dan salam senantiasa dilimpahkan
kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar